Terakhir aku ikut upacara pengibaran bendera merah putih kapan ya?.... Hmm kalau tidak salah sih sudah dua puluh tahunan yang lalu. Kalau sekarang hanya bisa lihat upacara pengibaran bendera merah putih pada tanggal 17 Agustus saja di televisi. Kepingin rasanya ikut upacara lagi, sambil nyanyi - nyanyi lagu kebangsaan hehehe.
Tiba - tiba gawai ku berbunyi ada chat dari sahabatku (Nuryati). Dia kasih info ada postingan trip ke Dieng pada tanggal 16 - 18 Agustus di Komunitas Backpacker Indonesia. Wahhh aku kan kepingin banget pergi ke Dieng yang terkenal dengan Negeri di Atas Awan itu. Langsung saja aku bilang oke ke teman ku, sambil menghayal bisa ngibarin bendara merah putih di Dieng pasti seru.
Baca juga : Curug Ciherang
Trip aku kali ini ke Dataran Tinggi Dieng bersama sahabat. Karena kita berangkat bersamaan libur 17 Agustus dan jalan tol pun macet. Maka perjalanan dari Bekasi menuju Dieng memakan waktu sekitar 14jam. Ehmm perjalanan yang cukup melelahkan tapi aku terhibur dengan indahnya pemandangan dan sejuknya udara Dataran Tinggi Dieng.
Jam 1 siang aku sudah tiba di Dieng dan langsung menuju penginapan. Si Kembar Hostel Dieng tempat aku beristirahat nanti malam, penginapan ini berlokasi di Patakbanteng RT 13 RW 06 Jalur Pendakian Gunung Prau Kecamatan Kejajar - Wonosobo. Tarif menginap Rp 50.000/orang, tapi karena aku ikut trip semua biaya sudah di urus oleh panitia. Ohhh ya karena aku hanya berdua dengan nur dan kapasitas kamar isi 4 orang maka kita dapat teman baru (Resti dan Maria).
Maria, Resti, Nur & Aku |
Setelah meletakkan ransel di kamar, aku menyantap makanan yang di sediakan oleh penginapan. Menikmati makan siang dengan pemandangan yang ciamik itu rasanya luar biasa. Setelah selesai makan, saatnya explore Dataran Tinggi Dieng.
View dari homestay Dok. Instagram Si Kembar Hostel Dieng |
Baca juga : Menikmati Sunrise Bromo
Dieng Plateau Theater
Rombongan Trip Dieng |
Obyek pertama yang aku kunjungi Dieng Plateau Theater, disini kita disuguhkan film tentang Dataran Tinggi Dieng. Mulai dari sejarah, kondisi geografis, budaya dan seputar peristiwa alam Dieng. Film dokumenter di tayangkan dalam durasi 23 menit, tak ada jadwal khusus kapan pemutaran film di mulai. Karena filmnya di putar setiap ada pengunjung datang.
Aku dan Nur Di pelataran Dieng Plateau Theater |
Bukit Batu Pandang
Bukit Batu Pandang |
Destinasi berikutnya Bukit Batu Pandang, disini aku bisa melihat pemandangan dua telaga yaitu Telaga Warna dan Telaga Pengilon. Keindahan dua telaga yang berbeda warna ini begitu ciamik jika di lihat dari ketinggian.
Kawah Sikidang
Pengibaran Bendera |
Setibanya di penginapan teman - teman ku segera membersihkan diri, karena air nya sangat dingin sekali akhirnya aku tidak mandi. Memang pada musim kemarau (Juli - Agustus), suhu di Dieng dapat mencapai 0 °C. Bisa di bayangkan dinginnya seperti aku pegang es batu. Setelah itu kami menyantap makan malam yang sudah di sediakan oleh penginapan. Karena besok pagi - pagi sekali kami harus berangkat ke Puncak Sikunir, aku pamit bobo cantik dulu ya.
Baca juga : Jelajah Wisata Kuliner Pecinan Glodok
Puncak Sikunir
Puncak Sikunir Dok. Instagram @lidyarosellaa (Maria) |
Sekitar jam 2 dinihari, peserta rombangan trip Dieng terlihat mulai sibuk. Ada yang mandi (dengan air hangat) dan juga ada yang hanya cuci muka dan sikat gigi saja karena suhu disini mencapai 10°C. Semua bersiap dengan keperluan masing-masing, begitu juga denganku jaket sweater, sarung tangan, kupluk ala - ala anak gunung pun berhias di kepala ku.
Tepat jam 3 dinihari, kita sudah on the way ke Puncak Sikunir meskipun masih ngantuk tapi hati seneng sekali karena sebentar lagi akan menyaksikan Golden Sunrise di Puncak Sikunir. Puncak Sikunir berada di Desa Sembungan Kecamatan Kejajar - Wonosobo, Desa Sembungan di nobatkan menjadi desa tertinggi Pulau Jawa. Dari Puncak Sikunir akan terlihat terbitnya matahari, karena keindahannya di klaim sebagai Golden Sunrise terbaik se Asia Tenggara.
Menuju Puncak Sikunir ternyata rombong trip kami terhenti di tengah jalan, karena terkena macet jauh sebelum masuk ke Desa Sembungan. Akhirnya dengan sangat terpaksa kami berjalan kaki yang berjarak kurang lebih 2km menuju Desa Sembungan. Di Desa Sembungan banyak ojek yang menawarkan jasa untuk mengantarkan kami menuju parkiran dengan biaya Rp 20.000,- tapi aku memilih berjalan kaki bersama nur.
Sepanjang perjalanan aku dengan nur, dia banyak bercerita tentang pengalamannya mendaki gunung. Ada ucapan nur yang aku ingat sampai sekarang, "Ingin tahu sifat sahabatmu, ajak dia naik gunung. Pasti sifat aslinya akan terlihat". Tidak terasa akhirnya perjalanan kami sampai di dekat parkiran depan musholah. Sambil menunggu teman - teman yang lain nur melaksanakan sholat shubuh. Dan di sini sudah banyak sekali pengunjung yang akan mendaki Puncak Sikunir.
Setelah itu kita melanjutkan perjalanan menuju Puncak Sikunir, melewati jalan yang mulai menanjak dan banyak warga yang menjajakan dagangannya. Langkah demi langkah aku lalui dan akhirnya menemukan anak tangga menuju Puncak Sikunir. Kami mulai menaiki anak tangga tetapi banyak juga orang yang turun, dan aku bertanya, "Kenapa turun kak?"
Beberapa dari mereka ada yang menjawab, "Di Puncak sudah penuh, banyak yang tidak bisa masuk ke puncak sampai berdiri di anak tangga."
Aku dan nur saling berpandangan sambil tetap mendaki. Nur bilang, "Ayo lanjut saja, biar tidak penasaran". Aku pun tetap mengikuti langkah nur, sambil sesekali aku berhenti untuk istirahat. Belasan anak tangga sudah kami lewati, sang fajar pun mulai terlihat. Aku berhenti sejenak untuk ikut mengabadikannya.
Baca juga : Kuliner Solo yang Wajib di Coba
Sang Fajar Puncak Sikunir |
Kami lanjutkan perjalanan sambil berharap bisa sampai puncak dengan napas terengah-engah dan kaki mulai lemah, aku beristirahat kembali. Nur tetap setia menemani dan menyemangatiku, "Yang terpenting semangat dan jalan saja dulu, sampai puncak itu BONUS untuk para pendaki jadi jangan di paksakan".
Aku tetap lanjut mendaki, belum sampai kami di pos satu matahari mulai terbit. Terharu aku melihatnya, kami duduk di anak tangga sambil menikmati moment ini. Perasaanku bercampur melihat ini, sedih dan senang rasanya. Sedih karena aku tidak bisa melihat terbitnya matahari langsung di puncak dan senang karena aku bisa menikmati moment ini secara langsung.
Golden Sunrise |
Setelah moment matahari terbit usai, aku tetap melanjutkan pendakian. Tinggal beberapa anak tangga lagi aku sampai di pos satu, tapi akhirnya aku menyerah. Sudah tidak sanggup rasanya kakiku untuk berjalan apalagi mendaki. Melihat begitu banyak orang yang menuruni anak tangga, aku duduk terdiam. Sedih rasa hati ini namun nur tetap memberiku semangat dan menghiburku "Sudah sampai pos satu itu hebat lho apalagi untuk orang seumuran kita. Mungkin lain waktu bisa kesini lagi dengan suami" aku pun tersenyum lalu mulai menuruni anak tangga.
Aku dan Nur |
Ditengah perjalanan menuruni anak tangga, aku sempatkan selfi dengan bunga daisy putih. Tiba - tiba ada suara sirene dan terdengar suara dari tim SAR untuk mengosongkan anak tangga sebelah kanan. Ternyata salah seorang tim SAR turun dengan mengendong pengunjung yang pingsan di atas Puncak Sikunir. Ada beberapa orang yang pingsan di Puncak Sikunir, penyebabnya karena hipotermia dan ada juga karena terlalu penuh di atas puncak.
Bunga Daisy |
Finally aku dan nur sampai di tempat warga yang menjajakan makanan dan minuman. Kita duduk santai di sana sambil menikmati semur kentang Rp 5.000.-/porsi, gorengan Rp 1.000,-/pc dan minuman hangat.
Lalu kita berbincang-bincang dengan pengunjung yang sudah turun dari puncak. Ternyata mereka mulai naik ke Puncak Sikunir jam 12 malam, sampai di puncak sudah penuh orang. Mungkin karena bertepatan dengan libur 17 Agustus, apalagi dengan fenomena salju (Bun Upas) di Dieng. Jadi banyak orang penasaran dan berkunjung ke Dieng.
Pengunjung yang turun dari Puncak Sikunir (dokpri) |
Mobil elf sudah siap di gapura Desa Sembungan, aku lanjutkan berjalan kaki dengan santai menuju gapura sambil menikmati pemandangan Telaga Cebong. Dan berharap suatu saat aku bisa kembali ke sini dan bisa sampai Puncak Sikunir. Mungkin kali ini momentnya kurang pas, bertepatan dengan libur nasional jadi terlalu banyak orang yang berkunjung kesini.
Teman sekamarku maria dan resti berhasil sampai Puncak Sikunir, mereka sempat mengibarkan bendara merah-putih di sana. Aihhh senang rasanya, meskipun aku sendiri belum bisa ikut mengibarkan bendera merah-putih di Puncak Sikunir. Tapi melihat foto-foto mereka sudah mewakili perasaanku 😍
Dok. Instagram @lidyarosellaa (Maria) |
Setibanya di penginapan aku mulai packing dan beristirahat sebentar. Karena kami akan kembali ke Jakarta, kalau aku dan Nur tetap kembali ke Bekasi dong. Ohhh ya, masih ada satu destinasi lagi sebelum kami kembali pulang yaitu Candi Arjuna. Sebelum menuju Candi Arjuna, aku menikmati makan siang terakhir yang di sediakan penginapan ini.
Candi Arjuna
Baca juga : Pantai Gunungkidul & Hutan Pinus Pengger
Kompleks Candi Dieng |
Hingga saat ini Candi Arjuna juga masih digunakan sebagai tempat peribadatan bagi masyarakat Dieng. Bahkan di kompleks Candi Dieng juga diadakan upacara potong rambut anak-anak gimbal yang dipercaya sebagai anak-anak spesial di Dataran Tinggi Dieng setiap tanggal 4 Agustus. Dimana ruwatan dari upacara ini berada di depan Candi Arjuna.
Tripku berakhir di Candi Arjuna dan kita segera kembali pulang ke rumah masing-masing. Ada pelajaran berharga yang kudapat diperjalananku kali ini yaitu tentang arti persahabatan. Seperti yang nur bilang "Ingin tahu sifat sahabatmu, ajak dia naik gunung. Pasti sifat aslinya akan terlihat". Benar sekali sahabat sejati selalu setia menemani dalam suka dan duka. Seperti sahabat kecilku Nuryati hingga kini kami tetap bersahabat.
- Leha Barqa -
Kapan mau kesana lagi mak leha, abank jd mau ikut ☺️☺️☺️
ReplyDeleteOoohhhh ya boleh
DeletePemandangannya bagus-bagus mbak. Yang bukit batu pandang kayak di luar negeri saja. Itu air telaga berwarna hijau ya? Cakep.
ReplyDeleteIya kak pemandangan bagus bgt, telaga warna kalau kata masyarakat sana warnanya bisa berubah-ubah kadang kuning terkadang pelangi juga kak, terimakasih sudah mampir ya kak
DeleteUlalaaaaa, Mak Leha seruuu pake bnget ini maahh
ReplyDeleteaku udah dari kapan tahun mupeng ke Dieng, karena doyan mengonsumsi manisan CARICA :)))
Kayaknya tahun ini mau mengikuti jejak dirimuuu
Sok atuh mbak Nurul ke Dieng, di bukit sikunir ada tester Carica jd sebelum beli kita bisa icip-icip dl Carica.
Deletewajib masuk wishlist ini. Tiket masuknya murah-murah banget ya. Paling gede 10 ribu, harga jajanannya juga masih murah. Pemandangannya bagus-bagus. Kayak gini nih wisata yang keren, pemandangan bagus, akomodasi murah
ReplyDeleteIya mbak nanik, di sana jajanan nya murah. Paling mie ongklok ajh yg harga nya di atas 15k.
DeleteCita cita ku bgt pergi Dieng, negeri di atas awan.. pengen ngerasain dinginnya dan juga embun esnya hehe
ReplyDeleteCuzzz bang Sani ke Dieng, tp hindari ke Dieng pas barengan libur nasional Krn penuh bgt.
DeleteBikin iri aku yang ga bisa kemana mana nih mba Leha, pemandangannya indah sekali.
ReplyDeleteSabar ajh dl mbak ria, nti kl si dede udah besar pasti bisa kesana.
Deletecantik pemandangannya ya mbak, murmer lagi tiketnya
ReplyDeleteIya mbak, pemandangan nya cantik dan seger di lihat. Ga hanya tiket makanan dan jajanan juga murah di sana.
DeleteHuwiiii.. Seru banget mak.. aku terakhir ke Dieng 20 tahun yang lalu sama keluarga besar, jd cuma foto2 di kawah belerang aja, ngga sampai atas-atas. Asli seru banget baca pengalaman tripnya mak Leha.. Pengen, tapi nggak yakin aku kuat.. Huff..
ReplyDeleteKuat pasti kuat mbak, emak ajh kuat kok. Next smoga bisa ke Dieng lagi ya mbak.
DeleteJadi inget saya pernah kesini, sayang anak anak ga ikut
ReplyDeleteJadinya ga seru 😁😁😁
Berarti mesti balik ke Dieng lagi nih Ambu, rame- rame biar makin seru.
DeleteIya, saat naik gunung, watak asli terlihat. Karena saat lelah fisik melebihi kebiasaan, sulit untuk tetap jaim.
ReplyDeleteEntah seperti apa aku kalau naik gunung. APakah masih seperti dulu; kalem dan tetap tabah, atau sudah pemarah.
Yang jelas, cerita naik gunung sudah lama berhenti, karena tak kuat lagi.
Semangat mbak, ayuk kapan-kapan ajak aku mbak. Nti kalau ga kuat kan ada barengannya aku mbak.
DeleteSubhanallah, pemandangannya cantik-cantik ya di sana. Huhu, aku belom pernah deh ke Dieng. Semoga nanti kesampaian bisa main ke sana bareng keluarga. Asyik dan seru kayaknya ya. :)
ReplyDeleteAamiiin,.Ayuk mbak Nia ajak keluarga ke Dieng ya. Pasti mereka suka, pemandangan nya itu bikin betah.
Deleteoalah itu yg namanya bunga daisy? saya baru tahu aslinya gimana. biasanya cm ada di cerita2 ajah. btw kenapa ya setiap 17 agustusan sering ada upacara bendera di gunung. dulu pengen ikutan, tp dilarang orang tua
ReplyDeleteIya mbak, bunga Daisy banyak di jumpai di Dieng dan gunung Prau. Upacara bendera di puncak gunung itu sebagai rasa syukur atas kemerdekaan yang kita nikmati sekarang ini.
Delete